PERLAKUAN PENCELUPAN ASAP CAIR UNTUK MENGELEMINASI BAKTERI Burkholderia glumae Kurita & Tabei PADA BENIH PADI (Oryza sativa L.)
M. Achrom
Balai Uji Terap Teknik
dan Metode Karantina Pertanian
rekamaya
@ gmail.com
Abstrak
Burkholderia glumae merupakan bakteri tular benih sebagai Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) kategori A2. Untuk membebaskan
bakteri dari benih padi pencelupan dengan larutan asap cair merupakan sebagai
alternatif. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pencelupan larutan asap cair terhadap bakteri B. glumae , vigor dan daya
kecambah benih padi var. Ciherang.
Rancangan percobaan menggunakan RAL dengan
6 perlakuan (Kontrol, 1 %, 2 %, 3%, 4%, 5% asap cair) diulang 4 kali . Pencelupan 10
menit dalam larutan asap cair yang selanjutnya dikeringkan kembali dan dilakukan
ekstraksi bakteri dari benih untuk ditumbuhkan
dalam media SPG yang dimodifikasi dan benih diuji vigor dan daya kecambah dengan uji kertas
digulung plastic(UKDp). Hasil penelitian
menunjukan bahwa larutan asap cair bersifat antibakteri dan semakin tinggi
konsentrasi akan semakin tinggi penekanannya. Pencelupan 5 % -10 menit tidak menurunkan vigor dan daya kecambah
benih padi.
Kata
kunci : B. glumae , asap cair , daya kecambah, vigor
DIPPING OF RICE SEEDS (Oryza
sativa L.) ON LIQUEFIED SMOKE SOLUTION FOR ELIMINATE Burkholderia glumae Kurita & Tabei
M. Achrom
Applied Research Institute of
Agriculture Quarantine
rekamaya
@ gmail.com
Abstract
Burkholderia
glumae as seed borne
bacteria as quarantine pest category A2. To eliminated bacteria from rice seed dipping in a solution of liquefied smoke is as
an alternative. The aims study to determine the effect of dipping liquefied smoke
solution to B. glumae, vigor and
germination of rice seeds var. Ciherang. The experimental design used RAL with 6 treatments (Control, 1%, 2%, 3%,
4%, 5% solution) with 4 replication. Dipping 10 minutes in a solution of liquefied smoke is then dried back and do the extraction
of bacteria from the seed to be grown in media SPG modified and tested seed
vigor and germination test paper rolled plastic (UKDp). The results showed that
the antibacterial solution of liquefied smoke and the higher the concentration
will be increased efectivity. Dipping
5% -10 minutes do not decrease vigor
and germination of rice seeds.
Key word : B. glumae , liquefied smoke, germination, vigor
PENDAHULUAN
Dalam upaya mencegah masuk dan
menyebarnya Organisme Pengganggu Tumbuhan yang berbahaya dan belum terdapat di
Indonesia atau penyebarannya masih terbatas di wilayah tertentu, pemerintah
telah menetapkan daftar Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK). Burkholderia glumae yang merupakan bakteri tular
benih
yang dapat menyebabkan kerusakan ekonomis yang tinggi termasuk dalam OPTK A2 golongan I yang belum ditemukan metode untuk membebaskannya dari benih padi yang merupakan komditas pangan utama
di Indonesia.
Lalu lintas benih padi terutama impor dari
negara yang menjadi area penyebarannya cukup tinggi, yang menuntuk
kehati-hatian dan apabila ditemukan pada benih impor akan dilakukan pemusnahan. Pemusnahan merupakan hal yang sangat
merugikan karena selain kerugian ekonomis dan mengganggu perencanaan tanam juga
pada pelaksanaannya sangat sulit karena memerlukan tempat dan biaya yang cukup
tinggi. Untuk menggatikan tindakan pemusnahan
perlu dicari metode perlakuan yang efektif dan efisien serta dapat diaplikasikan dilapangan.
Salah satu metode yang dapat dilakukan
adalah metode pencelupan (dipping)
menggunakan pestisida atau bahan lain yang dilanjutkan dengan pengeringan untuk
membebaskan bakteri Burkholderia glumae dari benih
tanaman. Salah satu bahan yang
berpotensi untuk membebaskan B. glumae adalah asap cair. Asap cair terbuat
dari hasil pembakaran kayu yang dikondensasikan sehingga menjadi campuran
larutan dari disperse koloid asap kayu dalam air (Maga, 1987 dalam Indrayani et al., 2008). Menurut Khor
(2009) asap cair mengandung 5 komponen utama yaitu fenol 11,68%, 4-metilfenol
4,74%, asam dodekanoat 30,02%, metil ester 5,16%, asam tetradekanoat 4,78%, dan 2-metoksi-4-metilfenol sebanyak 3,2%. Namun berdasarkan
penelitian Gani (2013) hasil hidrolisis cangkang, tandan kosong, dan janjang kelapa
sawit dengan konsentrasi yang lebih tinggi ialah asam asetat dan fenol. Kandungan senyawa asap cair yang menghambat mikroorganisme antara lain fenol dan asam (Indrayani et al., 2008), asap cair dari berbagai jenis kayu mempunyai potensi sebagai pengawet
alami karena fenol merupakan bahan yang digunakan sebagai disinfektan atau
antiseptic (Ratnawati & Hartanto, 2010).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas asap cair dalam membebaskan B. glumae pada benih padi dan mengetahui pengaruh perlakuan asap cair terhadap
vigor dan daya kecambah benih padi.
BAHAN DAN
METODE
Penelitian dilakukan di Balai uji
terap teknik dan metode karantina pertanian Bekasi Jawa Barat pada pada bulan 2015. Alat yang digunakan
antara lain : glass ware, inkubator,
biosafety cabinet. . Bahan yang digunakan antara lain : Benih padi yang terinfeksi B.
glumae , larutan
asap cair, SPG media yang dimodifikasi (KH2PO4 1,3 g; Na2HPO4 1,2 g;
(NH4)2 SO4 5,0 g; Mg.SO4.7H2O 0,25 g; Na2MoO4.2H2O 24,0 g; EDTA.Fe 10,0 g; D.sarbitol 10,0
g; Methyl violet 1,0 g; Phenol red 20,0 mg; agar 15,0 g; aquadesh. Dan antibiotic L-Cystine
(1mg/100 ml), Penicillin-G (5 g/100 ml), ampicillin sodium
salt (1 g/100 ml) dan cetrimide
(1 g/100 ml)),
kertas merang.
Metode yang digunakan adalah metode
eksperimen dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) sederhana dengan 6
perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang dilakukan adalah pencelupan benih padi pada larutan asap
cair dengan konsentrasi yang berbeda
yaitu 0% (kontrol), 1%, 2%, 3%, 4%, dan
5%
dari larutan stok.
Pelaksanaan perlakuan
dengan memasukkan masing-masing 200 g benih padi yang terinfeksi B. glumae ke
dalam kantong kain. Selanjutnya mencelupkan setiap kantong biji
padi pada larutan asap cair sesuai dengan perlakuan selama 10 menit. Kantong
padi tersebut ditiriskan dan dilakukan pengeringan sampai kadar air awal.
Benih padi
yang telah diberi perlakuan diekstraksi agar bakteri yang ada didalam benih padi keluar sehingga bisa
di isolasi. Berat benih yang digunakan
setiap perlakuan dan ulangan adalah 2 g. Benih
digerus sampai halus dan
selanjutnya dilarutkan NaCl sebanyak 20 ml lalu diaduk hingga rata. Larutan ekstrak selanjutnya di pipet 1 ml kemudian di encerkan pada 10-1 lalu
di vortex selama 10 detik. Suspensi kembali
dipipet sebanyak 100
mikroliter kemudian dituangkan ke dalam petridish dan
diratakan menggunakan glassrod, selanjutnya diisolasi dan inkubasikan selama 3 hari dan diamatai dengan menghitung jumlah
koloni
B. glumae yang tumbuh pada media tersebut.
Untuk
mengetahui vigor dan daya kecambah
dilakukan dengan metode uji kertas digulung
plastic (UKDp) pada
germinator masing-masing perlakuan 100 butir x 4
ulangan. Pengamatan vigor
dilakukan pada hari ke-5 dengan menghitung jumlah kecambah normal dibandingkan jumlah benih dan
pengamatan daya kecambah dilakukan dengan menghitung jumlah benih yang
berkecambah sampai hari ke-14(ISTA, 2014).
Persentase perkecambahan menunjukkan jumlah kecambah normal yang dapat
dihasilkan oleh benih murni pada kondisi lingkungan tertentu dalam jangka waktu
yang ditetapkan ( Sutopo, 2002). Daya berkecambah (DB) dihitung berdasarkan
Sadjad et al. (1999) dengan
menghitung presentase jumlah kecambah normal (sesuai standar ISTA 2014) pada
pengamatan hitungan pertama (KN I) yaitu 5
hari setelah perlakuan (HSP) dan presentase jumlah kecambah normal pada
pengamatan hitungan kedua (KN II) yaitu 14 HSP
menggunakan rumus:
Parameter pengamatan yang dilakukan yaitu : Melihat pertumbuhan koloni bakteri pada setiap
perlakuan dan ulangan, menghitung indeks vigor (% kecambah hari
ke-5) dan daya kecambah (% kecambah hari ke
– 14) dari setiap perlakuan. Analsis data penghambatan jumlah koloni dilakukan dengan uji ragam (ANOVA) dan
jika terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil inkubasi ekstrak benih
padi pada media SPG
yang dimodifikasi bakteri
B. glumae mempunyai
bentuk koloni bulat berwarna ungu yang diakibatkan oleh kandungan metil violet pada media yang membuat bakteri
mengeluarkan pigmen tersebut. Jumlah
koloni yang muncul dari setiap perlakuan
dan ulangan beragam yang menggambarkan kepadatan bakteri tersebut pada
benih padi pasca perlakuan, dengan semakin rendahnya jumlah koloni menandakan
semakin efektifnya perlakuan. Dari hasil inkubasi tersebut ada kecenderungan
semakin tinggi konsentrasi asap cair semakin rendah jumlah koloni B. glumae yang muncul, walaupun pada konsentrasi tertinggi (5%) larutan asap cair tidak
efektif menekan pertumbuhan bakteri sampai 0 % (zero toleran) sebagai persyaratan perlakuan karantina, hal ini kemungkinan belum
meresapnya larutan ke dalam biji akibat tebalnya kulit biji.
Rerata jumlah koloni setelah
dilakukan transformasi data menggunakan log
menggunakan
analisa ragam dan dilanjutkan dengan uji Duncan dengan tingkat kepercayaan 95% tertera pada
Tabel 1.
Rerata jumlah koloni pada setiap perlakuan menunjukkan nilai tidak berbeda nyata
pada uji Duncan (p>0,05) pada semua perlakuan dan kontrol. Dengan
Jumlah koloni yang mengalami penurunan seiring dengan semakin tingginya konsentrasi, maka larutan asap cair berpotensi sebagai perlakuan
benih terhadap bakteri B. glumae.
Gambar 1.
Koloni B. glumae pada media SPG yang
dimodifikasi
Tabel 1. Rerata jumlah koloni (CFU/g)
B. glumae pasca perlakuan
pencelupan asap cair
Perlakuan
|
Jumlah koloni (CFU/g) x 104
|
Kontrol
|
18,7373 a
|
1%
|
15,9875 a
|
2%
|
14,8125 a
|
3%
|
12,6625
a
|
4%
|
9,7375 a
|
5%
|
4, 725 a
|
Keterangan :
angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ada
perbedaan nilai rerata yang signifikan berdasarkan hasil uji lanjut Duncan
(p<0 o:p="">0>
Sebagaimana diketahui bahwa dua senyawa utama pada asap cair yang berperan sebagai bakterisida/bakteriostatik adalah fenol
dan asam organic (Pszczola, 1995 dalam
Fatimah (2011). Menurut Girarrd (1992)
senyawa fenol dalam asap cair merupakan hasil pirolisis dari lignin, sedangkan
pirolisis selulosa dan hemiselulosa menghasilkan asam asetat (Fatimah
(2011). Sama halnya yang disampaikan
oleh Leong (2011) Kandungan asam yang tinggi, metanol, dan fenol memiliki
efek bakterisida yang kuat pada konsentrasi yang tinggi. Benih padi memiliki
kulit sekam yang tebal dan kuat yang akan menghambat masuknya larutan asap cair
sampai ke inti benih dimana bakteri berada sebagai bakteri yang bersifat
sistemik dan tular benih. Dengan masih tingginya konsentrasi B.
glumae pada benih padi pasca perlakuan hal ini disinyalir masih belum
adanya kontak antara asap cair dengan B. glumae mengingat waktu pencelupan
yang relatif cepat (10 menit).
Perlakuan pencelupan bahan kimia
sintetis maupun alami dari bahan asal tumbuhan efektifitasnya dipengaruhi oleh
konsentrasi larutan, suhu larutan dan waktu papar atau lamanya pencelupan, hal
ini berhungan dengan permiabilitas dari larutan untuk mencapai sel bakteri dan
menembus dingding sel bakteri. Karseno et al., 2002 dalam Anisah ( 2014
) menyatakan bahwa secara umum mekanisme aktivitas antibakteri asap cair tempurung kelapa
sawit adalah dengan masuk melewati dinding sel dan merusak bagian membrane
sitoplasma yang mengakibatkan permeabilitas membrane terganggu sehingga terjadi kebocoran isi sel dan mengganggu pembentukan
asam nukleat. Jika bakteri sensitive terhadap asap cair maka dapat terjadi kerusakan pada dinding sel
dan membrane sitoplasma.
Perlakuan pada benih tidak hanya mampu mengeleminir OPT tetapi juga haruslah mampu mempertahankan daya kecambah dan vigor benih. Benih padi
yang bermutu sebagai benih sebar harus memiliki daya kecambah minimal 80
persen. Hasil analisis
daya kecambah dan vigor setelah perlakuan asap cair dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Grafik
pengaruh konsentrasi larutan asap cair terhadap daya kecambah dan vigor benih
padi
Hasil pengujian dengan menggunakan metode UKDp memberikan hasil bahwa daya kecambah dan vigor benih padi setelah
pencelupan asap cair tidak jauh berbeda dengan kontrol. Nilai daya kecambah dan vigor benih padi lebih besar dari 94%
dari semua perlakuan (masih memenuhi standar mutu benih ).
Dari
data jumlah koloni B. glumae pada media
SPG yang dimodifikasi hasil
ekstraksi benih padi pasca perlakuan pencelupan larutan asap cair
dan daya kecambah serta vigornya diketahui bahwa perlakuan pencelupan asap cair
sampai konsentrasi 5% belum berhasil mengeleminir bakteri sampai 0% ,hal ini
karena dingding bakteri belum berhasil
ditembus oleh senyawa fenol sehingga masih memerlukan waktu untuk
memberikan kesempatan larutan untuk menembus sekam benih dan dingding bakteri
sampai batas aman bagi terpeliharanya
daya kecambah dan vigor benih sesuai standar mutu benih yang
dipersyaratkan dan mengeleminir B. glumae sampai tingkat 0
%.
Perlakuan benih tunggal hampir tidak
ada yang efektif untuk mengeleminir sampai 0% karena selalu terkendala oleh adanya penurunan
kualitas benih , sehingga perlakuan kombinasi yang saling melengkapi sangat
diperlukan. Perlakuan air panas merupakan salah satu perlakuan yang dapat
dilakukan untuk benih padi namun efektifitasnya akan berbanding terbalik dengan
suhu yang digunakan. Perlakuan pencelupan asap cair berpotensi dapat membantu
untuk menambah efektifitas perlakuan air panas terutama digunakan saat aktifitas
pendinginan dimana suhu benih masih tinggi dapat membantu
efektifitas larutan asap cair untuk
menembus dingding sel bakteri.
KESIMPULAN
Perlakuan pencelupan
asap cair terhadap benih padi terinfeksi Burkholderia
glumae memberikan hasil bahwa asap cair mempunyai sifat antibakteri yang
mengakibatkan penurunan jumlah koloni, semakin tinggi konsentransi semakin
tinggi penurunan jumlah koloni. Perlakuan pencelupan
asap cair sampai konsentrasi 5 % larutan selama 10 menit belum dapat
mengeleminir B. glumae sampai 100%. Perlakuan pencelupan
asap cair konsentrasi 5 % larutan selama 10 menit belum merusak vigor dan daya
kecambah benih padi.
Penggunaan larutan
asap cair sebagai perlakuan benih padi untuk mengeleminir B. glumae perlu dikaji kembali dengan waktu pencelupan yang lebih lama atau dikombinasikan dengan perlakuan hot water treatment sebagai media pada aktifitas hidrocooling.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kami ucapkan kepada Kepala
BUTTMKP, Rekan rekan POPT
BUTTMKP dan Neneng Sri Widayani (Mahasiswa
UNPAD ) yang telah memfasilitasi dan membantu
pelaksanaan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anisah,
Kurnia. 2014. Analisis Komponen Kimia Dan Uji Antibakteri Asap Cair Tempurung
Kelapa Sawit (Elaeis Guineesis Jacq.)
Pada Bakteri Straphylococcus aureus Dan
Pseudomonas aeruginosa. Skripsi.
UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Fatimah,
Feti. 2011. Komposisi dan aktivitas anti bakteri asap cair sabut kelapa yang
dibuat dengan teknik pembakaran non pirolisis. Agritech. 31(4):306-311
Girard, J. P. 1992. Smoking in Technology of Meat
and Meat Products. J.P. Girard (ed).Ellis Horwood. New York.
Indrayani,
Y., Oramahi, H.a., & Nurhaida .2008. Evaluasi
asap cair sebagai bio-termisida untuk pengendalian rayap tanah Coptotemes sp. Universitas Tanjungpura.
Pontianak.
ISTA
. 2014. International Rule for Seed Testing. Chapter 5. The Germination Test. Published by The International Seed Testing Association (ISTA) Zürichstr.
50, CH-8303 Bassersdorf, Switzerland.
Khor,
K. H., Lim, K. O., Zainal, Z. A. .2009. Characterization of
bio-oil: a by-product from slow pyrolysis of oil palm empty fruit bunches. American
Journal of Applied Sciences, 6(9), 1647-1652.
Leong,
Steven . 2011. The use of wood
vinegar in reducing the dependence on agro-chemicals. tersedia di http://www.agrowingculture.org/2011/04/the-use-of-wood-vinegar-in-reducing-the-dependence-on-agro-chemicals/
diakses 25 agustus 2015
Ratnawati
and S. Hartanto. 2010. Effect of Temperature Pyrolysis Oil Shells on Quantity
and Quality of Liquid Smoke. Journal of Materials Science Indonesia (Indonesian
Journal of Materials Science). 12 (1): 7-11
Sutopo, Lita.
2010. TEKNOLOGI BENIH. Jakarta: Rajawali pers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar